Rabu, 01 Desember 2010

Stimulasi Listrik ke Otak dapat Meningkatkan Kemampuan Matematika

Stimulasi otak meningkatkan kemampuan belajar partisipan untuk mempelajari nomor baru, dan peningkatan tersebut berlangsung hingga 6 bulan pasca pelatihan.


Para peneliti melaporkan secara online pada tanggal 4 November di Current Biology, bahwa dengan menyalurkan arus listrik ke otak, mereka bisa meningkatkan kemampuan matematika seseorang sampai 6 bulan tanpa mempengaruhi fungsi kognitif lainnya. Temuan ini bisa menjadi pengobatan bagi 20 persen populasi yang menderita cacat berat numerik (misalnya, dyscalculia) dan bagi mereka yang kehilangan kemampuan menghitung akibat penyakit stroke atau degeneratif, demikian menurut para peneliti.

“Saya pastinya tidak menyarankan orang untuk memberi kejutan listrik pada diri sendiri, tapi kami sangat senang dengan potensi temuan ini,” kata Roi Cohen Kadosh dari Universitas Oxford. “Sebelumnya kami sudah menunjukkan bahwa secara temporari kami dapat menimbulkan dyscalculia [dengan metode stimulasi otak lain], dan sekarang tampaknya kami juga mungkin dapat membuat seseorang lebih baik dalam matematika. Stimulasi listrik kemungkinan besar tidak akan mengubah Anda menjadi Albert Einstein, namun jika kami berhasil, mungkin dapat membantu sebagian orang untuk mengatasi masalah matematika dengan lebih baik.”

Para peneliti menggunakan metode stimulasi otak yang dikenal sebagai stimulasi arus transkranial langsung (TDCS). TDCS merupakan teknik invasif di mana arus lemah disalurkan ke otak secara terus-menerus dari waktu ke waktu untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitas neuron. Teknik ini telah mendapatkan perhatian dalam dekade terakhir karena potensinya yang bisa meningkatkan berbagai fungsi pada orang yang mengalami defisit neurologis, misalnya mereka yang menderita stroke.

Dalam studi terbaru, para peneliti menyalurkan TDCS khusus ke lobus parietalis, bagian otak yang sangat penting untuk memahami numerik. Para partisipan studi memiliki kemampuan matematika normal. Saat menerima stimulasi otak non-invasif, mereka diminta untuk mempelajari serangkaian angka buatan – simbol yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, dan mereka diberitahu bahwa simbol-simbol tersebut mewakili angka-angka. Para peneliti kemudian menguji kemampuan para partisipan untuk memproses secara otomatis hubungan angka-angka buatan satu sama lain dan untuk memetakan dengan benar di ruang dengan menggunakan metode pengujian standar bagi kompetensi numerik.

Hasil tes menunjukkan bahwa stimulasi otak meningkatkan kemampuan belajar partisipan untuk mempelajari nomor baru, dan peningkatan tersebut berlangsung hingga 6 bulan pasca pelatihan.

Sekarang mereka tahu bahwa TDCS dapat meningkatkan pengolahan nomor pada seseorang yang kemampuan matematikanya tergolong normal, para peneliti berencana menguji penggunaannya pada penderita cacat numerik yang parah. Jika berhasil, ini bisa memiliki konsekuensi penting, sebagaimana penderita cacat numerik berat seringkali tidak mampu mengelola tugas-tugas dasar seperti pemahaman label makanan atau menghitung perubahan di pasar swalayan. Kemampuan numerik yang buruk juga dikaitkan dengan pengangguran dan pendapatan yang rendah, depresi, rendah diri, serta masalah lainnya, kata Kadosh Cohen.


sumber : FaktaIlmiah.com

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar Disini